Film

Minggu, 22 Maret 2009

BARANGSIAPA BERIMAN KEPADA ALLAH DAN HARI AKHIR

Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (HR. Bukhori - Muslim)

Membaca hadits di atas, ada semacam tanda tanya. Mengapa persoalan bicara disampaikan bersama dengan perkara menghormati tetangga dan memuliakan tamu?
Lalu mulailah diri ini merenung....
Kalau menjaga lisan dihubungkan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhir, OK lah. Bisa dipahami dan sangat nyambung. Bahwa manusia, sesuai fithrahnya memang tidak dapat lepas dari persoalan komunikasi dengan manusia lainnya, setiap saat. Sehingga potensi keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat sangat tergantung pada cara berkomunikasinya tersebut.
Kemudian, kalau urusan menghormati tetangga menjadi bukti iman seorang muslim kepada Allah dan hari akhir, itu juga sangat wajar dan bisa dipahami. Karena tetangga adalah orang terdekat di sekitar keluarga kita. Apabila kita mempunyai kelebihan rezeki, maka sudah sepantasnya tetangga ikut merasakan kelebihan tersebut. Atau, bila ada tetangga yang membutuhkan bantuan maka kitalah yang pertama kali wajib menolong dan meringankan beban tersebut. Satu hal yang memang wajar dan pantas dikaitkan dengan keimanan seorang muslim.
Dan, kalau soal memuliakan tamu menjadi tolok ukur keimanan seorang muslim, itu juga wajar.
Apalagi bagi kita yang hidup di ruang budaya Timur. Etika ketimuran secara alamiah mendidik kita untuk bersikap baik dan menghormati setiap tamu yang datang ke rumah. Meskipun itu tamu yang baru kita kenal. Maka tak berlebihan kalau Islam menjadikan akhlaq memuliakan tamu sebagai salah satu tolok ukur keimanan seorang muslim.
Tapi, kalau ketiganya disebutkan dalam satu hadits, apa maksudnya? Hikmah apakah yang tersimpan di dalamnya? Diri ini merenung semakin dalam....
Rupanya ada kata kunci yang terlihat menghubungkan ketiganya. Kata kuncinya adalah menghormati dan menghargai. Ketiga perintah di atas mengajak mu’min untuk menghormati dan menghargai orang lain dalam kehidupannya sehari-hari. Dimulai dari hal yang paling sederhana dan paling dekat, yaitu berbicara, bertetangga, dan saat menjadi tuan rumah.
Pertama, soal bicara. Orang berbicara setiap ada kesempatan, di mana pun di pojok dunia ini. Di jalan, di toko, di sekolah, di rumah, di pasar, bahkan di sekolah khusus tuna wicara sekalipun! Berbicara adalah hal paling sederhana yang dilakukan manusia untuk menyampaikan keinginan dan maksudnya. Maka Islam mengajarkan, agar kepada siapa pun seorang mu’min harus (wajib) menjaga lisannya dari perkataan yang buruk, sia-sia, atau menyakitkan. Tujuannya, untuk menghormati dan menghargai orang lain.
Kedua, soal tetangga. Menghormati tetangga berarti, jika ada tetangga yang menyebalkan, yang berulah, dan sombong, bukan berarti wajib dibalas dengan perbuatan yang serupa. Justru dengan hadits ini, seorang mu’min didorong untuk bersikap sebaik-baiknya pada tetangganya. Dan jika si tetangga melakukan kesalahan, maka seorang mu’min tidak boleh berkata kasar (apalagi mengumpat) padanya, atau berkata tentang keburukannya, atau menggunjing tentangnya, atau menyakitinya. Sebaliknya, seorang mu’min wajib menasehati tetangganya.
Ketiga, soal tamu. Memuliakan tamu berarti menghormati dan menghargai kebutuhan tamu.
Bagaimana seorang mu’min yang menjadi tuan rumah dapat menghadirkan suasana nyaman pada tamunya. Intinya bukan pada materi yang disajikan, tetapi cara memperlakukan kehadiran tamu tersebut dalam rumah kita. Persoalan ini ternyata ada kaitannya dengan komunikasi. Bukankah salah satu cara terbaik menghormati tamu adalah berbicara dengan baik dan ramah kepada mereka? Tentunya dengan diiringi wajah yang ramah pula.
Sementara kaitannya dengan tetangga ternyata ada juga. Sebab tetangga adalah pihak yang berpotensi besar menjadi tamu di rumah kita, selain teman-teman dan saudara. Bukankah dalam hubungan bertetangga sehari-hari, kita tidak terlepas dari mampir atau main ke rumah tetangga? Entah karena keperluan arisan, pertemuan PKK, menjenguk yang sakit, syukuran, atau sekedar pinjam panci. Maka di saat-saat seperti itu, menjelmalah tetangga kita sebagai tamu di rumah kita.
Sayangnya, kebanyakan orang menganggap tetangga yang berkunjung bukanlah tamu. Sehingga kala mereka bertamu seringkali kita berkata, ”Nggak usah sungkan, ya. Kayak tamu, aja.” Lalu kita biarkan mereka mengambil minum/makan sendiri, tanpa menyajikan dan mempersilakannya dengan sopan dan memuliakan mereka layaknya tamu. Jadi salah kaprah.
Sungguh mulia syari’at Islam yang menuntun manusia ke dalam rahmat. Tak hanya mengatur sikap hidup pribadi, tapi juga secara detil mengatur tata cara berinteraksi di antara sesama makhluq Allah. Menghasung sikap saling menghormati dan saling mengasihi, serta menghindarkan kehidupan di dunia ini dari kebencian dan kerusakan. Akhirnya, perenungan ini berujung pada rasa syukur dan makin cinta Islam. [anggota majelis ta’lim Sakinah]

Ayo, Berinfaq Fii Sabilillah Sekarang Juga!

“Dan mengapakah kamu tidak menafkahkan (sebahagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allahlah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum kemenangan (penaklukan Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hadiid:10)

Kewajiban Menafkahkan Harta di Jalan Allah SWT
Awal ayat 10 Qur’an surat Al-Hadid ini mengisyaratkan tentang kewajiban infaq. Seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir maka patutlah kiranya ia membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah. Hal ini menjadi karakter utama seorang muslim yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 3, ”Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfaq-kan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Mengapa Allah memerintahkan kita membelanjakan sebagian harta di jalan-Nya, padahal IA Maha Kaya? Karena Allah SWT hendak menguji keimanan kita dengan hal itu. Bagaimana mungkin seorang dikatakan beriman kepada Allah SWT saja, jika di dalam hatinya masih bercokol rasa takut miskin. Takut miskin atau takut kekurangan segala sesuatu (materi) adalah sifat-sifat manusia yang menghambakan dirinya kepada dunia. Padahal Allah SWT menginginkan manusia untuk menghamba hanya kepada-NYA.

Bukankah Allah SWT yang telah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan langit. DIAlah pemilik alam semesta ini yang di tangan-Nya terletak segala perbendaharaan dan khazanah langit dan bumi. Allah juga yang Maha Berkuasa menentukan setiap jalan rizki semua makhluq-Nya. Apa saja yang menjadi sumber rezeki kita, semuanya berasal dari Allah SWT.

Sehingga, apa saja yang kita nafkahkan di jalan Allah, maka pastilah Allah akan menggantikannya. Jangankan orang yang melaksanakan perintah-Nya, kepada orang yang banyak maksiat saja Allah beri rizqi. Allah adalah sebaik-baik Pembalas dan Pemberi rezeki.

Menyegerakan Berinfaq

Kemudian, hal penting yang patut digarisbawahi selanjutnya dari ayat 10 surat Al-Hadid di atas adalah, semangat untuk menyegerakan berinfaq. Berinfaqlah di saat umat Islam sedang membutuhkan banyak pengorbanan dalam perjuangan fii sabilillah. Sebab, Allah memberikan derajat atau kedudukan yang lebih tinggi bagi orang-orang yang mau berinfaq di saat berperang sebelum kemenangan (Penaklukan Makkah), dibanding orang-orang yang berinfaq dan berperang sesudah itu. Hal ini dapat dipahami kerana perjuangan sebelum penaklukan Makkah lebih berat dan lebih sulit. Mereka yang berjuang ketika itu adalah orang-orang yang benar-benar teruji imannya. Sementara setelah penaklukan Makkah, masyarakat berbondong-bondong masuk Islam dengan berbagai alasan.

Kiranya kisah perselisihan antara Khalid bin Walid dengan Abdur-Rahman bin Auf berikut ini dapat dijadikan pelajaran bagi kita. Suatu ketika Rasullullah saw. mengutus Khalid untuk berjumpa Bani Jadzimah dan menawarkan mereka masuk Islam atau berperang. Bani Jadzimah menjawab, “Soba’na, soba’na",” bukan “aslamna” (kami telah Islam). Khalid menganggap jawaban itu sebagai pembangkangan terhadap Islam. Khalid bin Walid lalu memerintahkan tentera Islam membunuh mereka, termasuk yang tertawan. Sementara Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Umar dan beberapa sahabat lain tidak setuju dengan tindakan Khalid itu. Maka berselisihlah Khalid dengan Abdurrahman. Rupanya Khalid telah mengeluarkan kata-kata yang menyinggung. Ketika perkara itu dilaporkan kepada Rasululllah Saw., maka Rasululllah Saw. berkata kepada Khalid, “Jangan kamu usik para sahabatku. Demi Allah yang jiwaku dalam tangan-Nya, sekiranya kamu menafkahkan emas sebesar bukit Uhud dan gunung seekalipun, itu belum cukup sepadan dengan amal- amal mereka.”

Padahal Khalid juga seorang sahabat Rasulullah SAW yang masuk Islam sebelum penaklukan Mekkah, tetapi Abdurrahman bin Auf masuk Islam lebih dulu, ia termasuk dalam Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang awal masuk Islam/mengikuti Rasulullah Saw.). Ucapan Rasulullah Saw. kepada Khalid itu menunjukkan sahabat-sahabat yang masuk Islam dan berjuang lebih awal atau terdahulu tidak boleh dilecehkan jasa-jasa mereka.

Maka Allah SWT meletakkan neraca dan nilai pengorbanan kita dalam mengikuti perintah-Nya. Bahwa kedudukan orang-orang yang berjuang dan berkorban ketika dalam keadaan susah payah tidaklah sama dengan orang-orang yang berjuang dan berkorban setelah berlalu masa sulit nan berat itu.

Jadi, segeralah berinfaq di jalan Allah. Saat ini di seluruh dunia, umat Islam sedang dirundung duka dan dalam perjuangan menegakkan agama Allah SWT. Sehingga banyak sekali kesempatan yang terbuka bagi kita untuk menafkahkan sebagian harta kita untuk turut membantu perjuangan saudara-saudara kita itu. Mulai perjuangan da’wah di dalam negeri, sampai membantu peperangan suci di luar negeri. Apalagi sekarang kita sudah mengalami masa modern yang memudahkan aktivitas donasi atau pemberian sumbangan jarak jauh dan sistem online. Kita tidak perlu repot-repot pergi berkunjung ke tempat yang membutuhkan. Cukup melalui transfer antar rekening bank, atau HP.

Jaminan & Balasan dari Allah SWT Bagi Orang Yang Berinfaq Fii Sabilillah

Pada bagian akhir ayat 10 Qur’an surat Al-Hadid di atas, Allah berfirman, “Allah menjanjikan pada masing-masing mereka balasan yang terbaik.”

Ayat ini menunjukkan bahwa mereka yang berjuang dan berinfaq, baik sebelum dan sesudah kemenangan, masing-masing akan mendapat balasan surga dan karunia Allah. Sesungguhnya surga Allah terbuka luas bagi mereka yang berjuang dan berinfaq di jalan-Nya, tak peduli kapan dan dimana. Meskipun demikian, kita tetap mengingat bahwa, surga Allah itu pun bertingkat-tingkat. Maka dari itu marilah kita berlomba-lomba mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah itu.

Kiranya kita bisa mencontoh sikap Abu Darda’ berikut ini. Begitu mendengar seruan Allah dalam surat Al-Hadid ayat 11 yang berbunyi, ”Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia.” Maka Abu Darda’ segera menghadap kepada Rasulullah Saw. untuk menyerahkan seluruh kebun beserta isinya agar dimanfaatkan di jalan Allah. Demikianlah gambaran sikap sahabat Rasullah Saw. yang ”Sami’na wa ’Atho’na”. Begitu diperintahkan, saat itu juga dilaksanakan.

Ayat 11 Surat Al-Hadid adalah balasan yang Allah SWT janjikan bagi orang yang berinfaq di jalan Allah. Selain itu Allah juga telah memberikan jaminan terhadap setiap ‘amal sholeh yang kita lakukan, sebagaimana firman-Nya, ”....Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan,...” (Q.S. Ali-’Imron:195). Padahal Allah SWT Maha Benar dan Maha Menepati Janji. Maka, apalagi yang perlu kita ragukan untuk menyisihkan dan memberikan sebagian harta kita bagi perjuangan umat & da’wah Islam?

Dengan jaminan dan janji balasan dari Allah SWT itu pula kita tidak perlu takut miskin atau kekurangan karena berinfaq. Justru sebaliknya, kita patut merasa aman karena yakin pasti Allah akan mengganti semua yang kita nafkahkan di jalan-Nya itu. Bahkan sebagaimana janji Allah, akan mengembalikannya berlipat ganda! Adakah balasan yang lebih baik dari balasan Allah? Dan sungguh, Allah tidak menyalahi janji-janji-Nya. Jadi, tunggu apalagi, AYO BERINFAQ! Wallahu-a’lamu bishowwab. Riz. Sumber: Kajian Tafsir Pengajian Sakinah Selasa Pagi asuhan Ust. Zaini, http://members.tripod.com/~hasan98/alhdid10.htm, http://anak-emas.blog.plasa.com/2008/07/28/doa-dua-malaikat-setiap-subuh/

JANGAN BIARKAN PALESTINA MENANGIS

Berbicara tentang Palestina, tidak lepas dari koplik panjang perperangan. Tanah Palestina berbeda dengan Negara-negara dimuka bumi ini, karena Allah swt memberi keistimewaan pada tanah para nabi ini, tiga peradapan besar menoreh sejarahnya dinegeri ini yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Bagi ummat Islam Palestina merupakan kiblat pertama, tempat miqrajnya Rasullulah ke sidratulmuntha, tanah suci ketiga setelah Makkah dan Madinah, seperti sabda Rasullulah saw, ”Kalian tidak boleh mempersiapkan untuk melakukan perjalanan ziarah, kecuali pada tiga masjid yaitu Masjidil Haram, masjid Rasul saw dan masjid Al Agsa. Disamping itu Palestina juga disebut tanah para nabi dan rasul, serta tempat yang diberkati sekelilingnya, Allah berfirman, ”Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada malam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqso yang kami berkahi sekelilingnya,…”(Al Israa ayat1)
Membahas bangsa Israel sungguh membingungkan, disamping janjinya yang tidak bisa dipegang, zionis Israel juga tidak mengerti asal usulnya, padahal mereka bukanlah penduduk asli Palestina, kedatangan mereka sebelum lahirnya Isa bin maryam, sampai permulaan masehi bukalah sebagai penduduk asli tapi sebagai imigran dari Mesir. Sebelum masuknya bangsa Israel, Palestina dihuni oleh bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang bangsa Palestina (Qs Al Maidah 21-26). Namun sebagai penjajah dengan arogannya mereka mengusir penduduk asli muslim Palestina, Imperialisme ini dimulai ketika bangsa Israel ini menguasai kota Jerusalem. Kota yang indah ini berdiri masjid yang sangat dimuliakan oleh Ummat Islam Masjidil Aqso. Selama 60 tahun imperialismenya ke Palestina Israel sudah hampir menguasai seluruh tanah Palestina, tak terhitung berapa banyak syuhada palestina yang mati dalam mempertahankan tanah airnya. Dasar serakah, Israel tidak pernah merasa puas, yang diinginkannya ialah mengusir seluruh ummat Islam dari Palestina, bahkan menyahudikan Palestina.
Maka tidak salah bila dikatakan Israel seperti maling teriak maling, Penjajah tapi mengaku dijajah, merampas tanah rakyat palestina, namun berteriak pada dunia seolah-olah teraniaya.
Aneh tapi nyata itulah Israel laknatullah. Sesuai dengan firman Allah swt,” Orang-orang kafir dari bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas(Al Maidah ayat 78)
Bangsa Israel sangat bernapsu untuk menguasai Palestina, dengan cara penindasan dan peperangan walaupun Israel mencoba menutupi kekejamannya dimata dunia dengan isu politik yaitu menghancurkan Hammas, kelompok yang sangat dicintai oleh mayoritas rakyat Palestina. Hal ini pernah saya tanyakan pada beberapa pelayan hotel, ketika saya menginap di hotel Ambasador Jerusalem, mereka mengatakan bahwa Hammas adalah pemimpin mereka, mereka juga berharap rakyat Indonesia mendukung dan mendoakan para pemimpin Hammas, kelompok mujahid yang begitu tangguh mempertahankan tanah air dan agamanya. Apapun alibi Israel nyatanya rumah-rumah penduduk sipil, sekolah, masjid, rumah sakit anak-anak, para wanita menjadi sasarannya. Jangan ditanya apakah ada rasa kasihan dihati mereka, jawabnya pasti tidak, karena Allah swt telah mengatakan Bangsa Israel itu adalah bangsa yang durhaka dan melampaui batas.
Bila manusia diciptakan Allah sebagai mahluk yang berpikir dan mempunyai nurani, mahluk seperti apa yang pantas kita tujukan kepada zionis Israel, yang perilakunya sangat biadap ini. Sungguh tak mampu kita gambarkan bagaimana penderitaan saudara-saudara kita di jalur Gaza, memasuki hari ke 20 zionis Israil membombardir Palestina sudah 1000 lebih penduduk Palestina meregang nyawa diujung rudal Israel, dan 5000 lebih penduduk Gaza mengalami luka berat, lebih ironis lagi sebagian besar anak-anak dan wanita yang tak berdosa gugur akibat bombardir yang dibuang Israel dari udara, tanpa dosa seperti membuang ludah saja layaknya.
Sahabat, kekejaman Israel melampaui batas, tank-tank zionis tanpa dosa melumat tubuh mungil anak-anak Palestina, monjong-monjong senapang ditembakkan kearah jantung dan kepala bocah yang tak berdaya, bahkan menurut laporan dari PBB zionis Israel mengumpulkan 120 penduduk Zaitun Gaza dalam satu gedung kemudian membom gedung itu berkali-kali, sehingga tiga puluh warga syahid, termasuk bayi berusia 6 bulan. Tidak hanya itu derita Gaza menurut WHO 60-75% kelaparan, 64% kurang darah, 30% keracunan, 10% anak-anak menderita secara kejiwaan karena setiap saat disuguhi kekejaman zionis.
Namun seperti biasa pemerintah Israel selalu mencari simpati dunia dengan mengatakan target mereka hanya Hammas. Nyatanya hampir 500 anak-anak Palestina terbunuh. Hal ini memang salah satu target dari Israel, karena akhir Ramadhan 1429 yang lalu pemimpin Hammas, Khaled Misyal melantik 3500 anak-anak palestina yang hafiz Al Quran. Israel sadar betul, jika anak-anak sekecil itu sudah hafiz Al Quran, bagaimana bila mereka besar nanti, tentu akan menjadi mujahid yang tangguh.
Derita Gaza sungguh memilukan, terisolir, kelaparan, kedinginan, fasilitas umum terputus, tanpa listrik dapat dibayangkan dengan suhu yang sangat dingin bayi-bayi gaza akan semakin menderita. Bantuan makanan, obat-obatan, tim medis tak mampu melewati gerbang rafah, gemboknya ditangan Husni Mubarak sang penguasa Mesir yang hanya sibuk berunding, dan berjabatan dengan mentri luar negri Israel zipi Livni, bangsa yang membantai saudaranya sendiri. Bahkan pembantaian itu terjadi diteras rumahnya. Oh, Mr Mubarak ada apa denganmu?, kau bisa tersenyum dengan orang yang telah membombardir anak-anak muslim di Gaza, mengapa kau begitu berat membuka pintu perbatasan itu, agar bantuan untuk penduduk gaza tidak terhalang, tidakkah kau malu dengan Venezuela dan Bolivia yang tersentuh hatinya melihat tragedi berdarah di Gaza, lansung bertindak nyata memutuskan hubungan diplomatik dan mengusir dubes Israel, padahal mereka bukan bangsa Arab dan bukan dari Negara Muslim. Sementara kau tuan, apa yang telah kau lakukan untuk menolong saudaramu? Hai, Negara-negara Arab, mana reaksimu, apakah matamu buta dan telinga mu tuli, sehingga hatimu tak tersentuh melihat darah-darah yang tertumpah di Gaza. Lakukan langkah nyata, jangan hanya sibuk berunding, sementara rudal Israel tak berhenti menghujam ke jantung saudaramu.
Mana suara pemimpin dunia? Barack Husen Obama Presiden terpilih di Amerika, tak banyak berkomentar, berbeda dengan reaksinya ketika kasus terror di Hotel Mumbai India, atau berbicara tentang krisis global. Maka dapat disimpulkan bahwa Negara Islam tidak bisa berharap banyak dari Presiden kulit hitam pertama yang berayah seorang Muslim Kenya ini, karena nyaris tak berbeda dari penguasa sebelumnya.

Sahabat, saya yakin setiap kita pasti mengutuk kekejaman zionis Israel, namun mengutuk saja belumlah cukup, banyak langkah nyata yang harus kita lakukan sebagai rasa solidaritas kita pada saudara kita yang teraniaya, diantaranya sisihkan rezeki yang Allah berikan untuk saudara kita di Gaza, karena mereka tidak hanya terancam jiwanya, tapi juga menderita secara ekonomi, betapa banyak anak-anak yatim, janda-janda, meskipun mereka selamat dari rudal-rudal Israel, namun banyak yang mengalami cacat permanent, buta, kehilangan kedua kaki dsbnya, mereka perlu dana untuk menyokong hidup. Siapa lagi yang dapat menolong mereka selain kita ummat Islam, apalagi Indonesia adalah Negara penduduk muslim paling banyak di dunia.
Disamping itu, mari kita bersatu untuk tidak mengkosumsi produk Israel dan sekutunya Amerika. Malaysia telah melakukan, mengapa kita tidak? Yuk, mulai dari keluarga kita, anak-anak kita tanamkan pada jiwa mereka yang masih polos untuk berempati kepada anak-anak di Gaza dengan mengajarkan kepada mereka untuk memilah-milah produk apa yang harus mereka beli.
Sebagai muslim, kita juga harus mengerti tentang peta perjuangan rakyat Palestina, agar kita paham bahwa perjuangan rakyat Palestina, bukan hanya sekedar mempertahankan tanah airnya, tapi jauh lebih mulia dari itu, perjuangan Palestina agar Islam tetap bersemi di kota suci para nabi itu.
Doa, itu adalah kekuatan ummat Islam, bohong kalau kita berempati pada derita Gaza namun enggan mendoakannya. Marilah kita panjatkan doa, agar para mujahid Palestina selalu dalam lindungan Allah swt, tetap kuat dan sabar dalam mempertahankan haknya agar bumi Palestina tidak dirampas, dan Islam tetap subur disana. Anak-anak yang gugur menjadi bidadari-bidadari di syurga, kelak dihari pembalasan akan menolong orangtua mereka. Para pejuang yang syahid karena rudal Israel mendapat balasan Jannah dari Allah, karena bagi setiap muslim tiada yang paling indah selain mati sebagai syahid.
Sahabat, mari kita satukan langkah menyusun barisan untuk menolong saudara kita di Palestina, jangan biarkan korban bertambah, nyawa melayang, satu tekad kita JANGAN BIARKAN PALESTINA MENANGIS (Lva)