“Dan mengapakah kamu tidak menafkahkan (sebahagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allahlah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum kemenangan (penaklukan Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hadiid:10)
Kewajiban Menafkahkan Harta di Jalan Allah SWT
Awal ayat 10 Qur’an surat Al-Hadid ini mengisyaratkan tentang kewajiban infaq. Seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir maka patutlah kiranya ia membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah. Hal ini menjadi karakter utama seorang muslim yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 3, ”Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfaq-kan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Mengapa Allah memerintahkan kita membelanjakan sebagian harta di jalan-Nya, padahal IA Maha Kaya? Karena Allah SWT hendak menguji keimanan kita dengan hal itu. Bagaimana mungkin seorang dikatakan beriman kepada Allah SWT saja, jika di dalam hatinya masih bercokol rasa takut miskin. Takut miskin atau takut kekurangan segala sesuatu (materi) adalah sifat-sifat manusia yang menghambakan dirinya kepada dunia. Padahal Allah SWT menginginkan manusia untuk menghamba hanya kepada-NYA.
Bukankah Allah SWT yang telah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan langit. DIAlah pemilik alam semesta ini yang di tangan-Nya terletak segala perbendaharaan dan khazanah langit dan bumi. Allah juga yang Maha Berkuasa menentukan setiap jalan rizki semua makhluq-Nya. Apa saja yang menjadi sumber rezeki kita, semuanya berasal dari Allah SWT.
Sehingga, apa saja yang kita nafkahkan di jalan Allah, maka pastilah Allah akan menggantikannya. Jangankan orang yang melaksanakan perintah-Nya, kepada orang yang banyak maksiat saja Allah beri rizqi. Allah adalah sebaik-baik Pembalas dan Pemberi rezeki.
Menyegerakan Berinfaq
Kemudian, hal penting yang patut digarisbawahi selanjutnya dari ayat 10 surat Al-Hadid di atas adalah, semangat untuk menyegerakan berinfaq. Berinfaqlah di saat umat Islam sedang membutuhkan banyak pengorbanan dalam perjuangan fii sabilillah. Sebab, Allah memberikan derajat atau kedudukan yang lebih tinggi bagi orang-orang yang mau berinfaq di saat berperang sebelum kemenangan (Penaklukan Makkah), dibanding orang-orang yang berinfaq dan berperang sesudah itu. Hal ini dapat dipahami kerana perjuangan sebelum penaklukan Makkah lebih berat dan lebih sulit. Mereka yang berjuang ketika itu adalah orang-orang yang benar-benar teruji imannya. Sementara setelah penaklukan Makkah, masyarakat berbondong-bondong masuk Islam dengan berbagai alasan.
Kiranya kisah perselisihan antara Khalid bin Walid dengan Abdur-Rahman bin Auf berikut ini dapat dijadikan pelajaran bagi kita. Suatu ketika Rasullullah saw. mengutus Khalid untuk berjumpa Bani Jadzimah dan menawarkan mereka masuk Islam atau berperang. Bani Jadzimah menjawab, “Soba’na, soba’na",” bukan “aslamna” (kami telah Islam). Khalid menganggap jawaban itu sebagai pembangkangan terhadap Islam. Khalid bin Walid lalu memerintahkan tentera Islam membunuh mereka, termasuk yang tertawan. Sementara Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Umar dan beberapa sahabat lain tidak setuju dengan tindakan Khalid itu. Maka berselisihlah Khalid dengan Abdurrahman. Rupanya Khalid telah mengeluarkan kata-kata yang menyinggung. Ketika perkara itu dilaporkan kepada Rasululllah Saw., maka Rasululllah Saw. berkata kepada Khalid, “Jangan kamu usik para sahabatku. Demi Allah yang jiwaku dalam tangan-Nya, sekiranya kamu menafkahkan emas sebesar bukit Uhud dan gunung seekalipun, itu belum cukup sepadan dengan amal- amal mereka.”
Padahal Khalid juga seorang sahabat Rasulullah SAW yang masuk Islam sebelum penaklukan Mekkah, tetapi Abdurrahman bin Auf masuk Islam lebih dulu, ia termasuk dalam Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang awal masuk Islam/mengikuti Rasulullah Saw.). Ucapan Rasulullah Saw. kepada Khalid itu menunjukkan sahabat-sahabat yang masuk Islam dan berjuang lebih awal atau terdahulu tidak boleh dilecehkan jasa-jasa mereka.
Maka Allah SWT meletakkan neraca dan nilai pengorbanan kita dalam mengikuti perintah-Nya. Bahwa kedudukan orang-orang yang berjuang dan berkorban ketika dalam keadaan susah payah tidaklah sama dengan orang-orang yang berjuang dan berkorban setelah berlalu masa sulit nan berat itu.
Jadi, segeralah berinfaq di jalan Allah. Saat ini di seluruh dunia, umat Islam sedang dirundung duka dan dalam perjuangan menegakkan agama Allah SWT. Sehingga banyak sekali kesempatan yang terbuka bagi kita untuk menafkahkan sebagian harta kita untuk turut membantu perjuangan saudara-saudara kita itu. Mulai perjuangan da’wah di dalam negeri, sampai membantu peperangan suci di luar negeri. Apalagi sekarang kita sudah mengalami masa modern yang memudahkan aktivitas donasi atau pemberian sumbangan jarak jauh dan sistem online. Kita tidak perlu repot-repot pergi berkunjung ke tempat yang membutuhkan. Cukup melalui transfer antar rekening bank, atau HP.
Jaminan & Balasan dari Allah SWT Bagi Orang Yang Berinfaq Fii Sabilillah
Pada bagian akhir ayat 10 Qur’an surat Al-Hadid di atas, Allah berfirman, “Allah menjanjikan pada masing-masing mereka balasan yang terbaik.”
Ayat ini menunjukkan bahwa mereka yang berjuang dan berinfaq, baik sebelum dan sesudah kemenangan, masing-masing akan mendapat balasan surga dan karunia Allah. Sesungguhnya surga Allah terbuka luas bagi mereka yang berjuang dan berinfaq di jalan-Nya, tak peduli kapan dan dimana. Meskipun demikian, kita tetap mengingat bahwa, surga Allah itu pun bertingkat-tingkat. Maka dari itu marilah kita berlomba-lomba mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah itu.
Kiranya kita bisa mencontoh sikap Abu Darda’ berikut ini. Begitu mendengar seruan Allah dalam surat Al-Hadid ayat 11 yang berbunyi, ”Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia.” Maka Abu Darda’ segera menghadap kepada Rasulullah Saw. untuk menyerahkan seluruh kebun beserta isinya agar dimanfaatkan di jalan Allah. Demikianlah gambaran sikap sahabat Rasullah Saw. yang ”Sami’na wa ’Atho’na”. Begitu diperintahkan, saat itu juga dilaksanakan.
Ayat 11 Surat Al-Hadid adalah balasan yang Allah SWT janjikan bagi orang yang berinfaq di jalan Allah. Selain itu Allah juga telah memberikan jaminan terhadap setiap ‘amal sholeh yang kita lakukan, sebagaimana firman-Nya, ”....Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan,...” (Q.S. Ali-’Imron:195). Padahal Allah SWT Maha Benar dan Maha Menepati Janji. Maka, apalagi yang perlu kita ragukan untuk menyisihkan dan memberikan sebagian harta kita bagi perjuangan umat & da’wah Islam?
Dengan jaminan dan janji balasan dari Allah SWT itu pula kita tidak perlu takut miskin atau kekurangan karena berinfaq. Justru sebaliknya, kita patut merasa aman karena yakin pasti Allah akan mengganti semua yang kita nafkahkan di jalan-Nya itu. Bahkan sebagaimana janji Allah, akan mengembalikannya berlipat ganda! Adakah balasan yang lebih baik dari balasan Allah? Dan sungguh, Allah tidak menyalahi janji-janji-Nya. Jadi, tunggu apalagi, AYO BERINFAQ! Wallahu-a’lamu bishowwab. Riz. Sumber: Kajian Tafsir Pengajian Sakinah Selasa Pagi asuhan Ust. Zaini, http://members.tripod.com/~hasan98/alhdid10.htm, http://anak-emas.blog.plasa.com/2008/07/28/doa-dua-malaikat-setiap-subuh/
Film
Minggu, 22 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar