Ayat diatas jika kita renungkan dan kemudian kita jujur mengakui, sungguh sindiran yang sangat tajam bagi manusia, yang sering “Menuhankan” sesuatu. Contohnya, atas nama kebebasan berekspresi, segala tatanan moral, norma agama, dilanggar, maka lihatlah di televisi tayangan yang mengumbar aurat, pornografi, pornoaksi, mistik, iklan-iklan perdukunan dsb menjadi hiburan, padahal jelas dalam hadits dan Al Quran itu diharamkan. Hal ini menunjukan dalam kehidupan ini Allah bukan lagi yang utama.
Bagaimana caranya menjauhkan perbuatan syirik pada diri kita dan menanam keyakinan agar di hati ini tidak ada Illah lain kecuali Allah. Untuk itu sebaiknya kita memahami ilmu tauhid, agar kita sadar mengapa sebagai hamba, kita tidak boleh “menduakanNya” .
Tauhid yang pertama disebut Tauhid Rububiyah , yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatanNya, kita meyakini tanpa keraguan bahwa Allah yang menciptakan alam raya ini beserta isinya, Allah jua yang memberi rezeki kepada mahlukNya. Allah menguasai hidup dan mati seluruh mahluk di jagat raya ini, Allah yang mengatur perputaran planet ini. Allah yang mendatangkan musibah dan kenikmatan bagi mahlukNya
Jika Rububiyah kita sudah mantap, ini belumlah cukup karena Allah berfirman,” Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan mereka?” niscaya mereka menjawab Allah. Maka bagaimana mereka dapat di palingkan (dari menyembah Allah)? (Qs Al Zukhruf : 87), kemudian Allah juga berfirman, “Katakanlah,’Siapakah yang mempunyai tujuh langit dan mempunyai arsy yang besar? Mereka akan menjawab Kepunyaan Allah. Katakanlah,”Mengapa kamu tidak bertakwa?” (Al Mukmukminun: 86-87). Masih banyak ayat-ayat yang mengatakan orang-orang musyrik mengakui tauhid Rububiyah. Namun pengakuan saja belumlah cukup, perlu bukti nyata dalam amalan atas pengakuan mereka terhadap keesaan Tuhan.
Selanjutnya tauhid Uluhiyah, artinya mengesakan Tuhan dalam setiap peribadatan yang telah disyariatkan, amalan yang semata-mata di tujukan kepada Allah. Kaum musyrikin secara umum mengakui Allah sebagai pencipta segalanya, namun mereka dalam amalan masih menyekutukan Allah. Allah berfirman,”Bahkan mereka mengambil pemberi syafaat selain Allah. Katakanlah ‘Dan apakah kamu mengambilnya juga meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?’ Katakanlah, ‘Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. KepunyaanNya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan (Qs Az zumar : 43-44) dalam ayat lain Allah berfirman,”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk menyerukan),”Sembahlah Allah (saja), jauhilah Thagut, lalu diantara umat-umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada orang-orang yang telah dipastikan sesat. Oleh karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yag mendustakan rasul,”(An Nahl:36)
Jelas tujuan Allah mengutus rasul-rasulNya ialah mengajak manusia kembali ke agama tauhid yaitu Islam, karena tauhid yang dibawa oleh para rasul mengandung penetapan keilahiyahanNya dengan bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Konsekuensinya adalah kita harus yakin , tidak ada tempat bertawakal kecuali kepadaNya, tiada yang lebih kita cintai kecuali Dia, dan tiada yang lebih kita takuti kecuali murkaNya. Allahuakbar, bila tauhid Rububiyah dan tauhid Uluhiyah, sudah mengkristal di setiap jiwa yang mengaku beragama Islam, tak akan ada lagi korupsi karena muncul rasa takut di lihat Allah, tiada lagi perzinaan karena merasa disaksikan Allah, tiada lagi perdukunan, karena yakin tiada satu pun yang bisa mendatangkan mudarat dan manfaat kecuali hanya Dia. Sungguh, dampak dari mantapnya pengakuan terhadap kemahaesaan Allah, akan terpancar dalam setiap segi kehidupan kita.
Sebagai rukun Islam yang pertama syahadat adalah pengakuan kita meniadakan tuhan lain kecuali Allah dan Muhammad saw sebagai rasulullah. Bila syahadat kita benar, akan tampillah jiwa-jiwa yang bersih dari perbuatan syirik. Allah berfirman,” Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang menepati jalan hidayah (Qs AL An’aam:82). Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat itu menyatakan maksudnya ‘mereka’ adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah saja. Mereka tidak menyekutukanNya sama sekali. Mereka itulah orang-orang yang tenteram pada hari kiamat dan mendapat petunjuk di dunia dan akhirat.
Tujuan hidup orang-orang yang beriman bukan hanya di dunia saja, tentu yang utama adalah menggapai keridhoan Allah, agar mendapat kebahagian di akhirat juga. Untuk itu mari kita bersihkan hati dan amalan kita dari perbuatan sryirik, yang sangat dimurkai Allah, karena sesungguhnya Allah sangat keras ancamanNya bagi orang-orang yang menduakanNya. Wallahu’alam bisshawab(Lva).
Dari tulisan Ust. Syaifuddin dan buku Fathul Majid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar