Kehidupan Yang Menipu
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid:20)
Allah SWT menciptakan manusia dengan segala kesempurnaan. DibekaliNya manusia dengan potensi akal, jiwa, dan jasmani yang terbaik di antara ciptaan Allah lainnya. Semua potensi itu mendorong manusia untuk berpikir dan bertindak kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Itu sebabnya kehidupan manusia selalu disibukkan dengan sederet keinginan, cita-cita, harapan, dan angan-angan yang ingin diwujudkannya dalam hidup ini.
Bagaimana tingkah laku manusia dalam hidupnya, Allah gambarkan dengan sangat jelas dalam Al-Qur’an. Tujuannya agar manusia bisa mengambil pelajaran dan mengikuti petunjuk-petunjuk Allah SWT. Ayat di atas adalah salah satu di antaranya.
Ayat tersebut adalah gambaran Ilahiah tentang keadaan hidup manusia. Terbagi-bagi dalam beberapa masa, yaitu: permainan (la’ibun), kelalaian (lahwun), perhiasan (ziinatun), bermegah-megah (tafaakhurun), berbangga-bangga (takaatsurun), dan akan sirna. Jika kita renungkan, sesungguhnya memang demikianlah yang terjadi dalam perjalanan hidup manusia di dunia ini.
La’ibun atau permainan, menggambarkan masa anak-anak. Kehidupan di masa bermain itu dilewati dengan senda gurau dan keceriaan. Mungkin adakalanya anak-anak sedih, tapi itu hanya sesaat. Mereka bisa dengan cepat melupakan persoalan dan kembali bermain-main bersama teman-temannya. Anak kaya, anak miskin, anak korban gempa, anak korban lumpur, atau anak jalanan, semuanya bisa melalui hari-harinya dengan bermain dan bersenda gurau.
Saat anak-anak mencapai usia puber atau remaja, tibalah saatnya masa Lahwun atau masa melalaikan. Pada masa ini rata-rata remaja menjalani kehidupannya dengan ringan. Mereka sudah tidak bermain-main layaknya anak-anak. Mereka sudah mengerti tanggung jawab, tapi mereka lakukan dengan semaunya. Akibatnya mereka sering melalaikan atau kurang peduli pada tanggung jawabnya.
Ziinatun atau hiasan, adalah gambaran masa muda dewasa muda). Setelah masa remaja puber dilewati, manusia akan menuju kedewasaan. Saat itu perkembangan fisik manusia mencapai kesempurnaan, indah laksana perhiasan. Karenanya mereka sangat memperhatikan penampilannya. Mereka berusaha mengikuti perkembangan mode agar selalu bisa tampil cantik atau gagah dan menarik perhatian.
Usia bertambah, kemudaan sedikit berkurang. Manusia memasuki masa dewasa. Tibalah masa Tafaakhurun atau bermegah-megahan. Ini adalah gambaran kehidupan manusia setelah mempunyai kemampuan berpikir yang matang. Mereka berusaha meraih apa yang dia impikan dalam hidup ini. Ukuran kesuksesan hidup di masa ini adalah sekolah yang tinggi, pekerjaan yang bagus (penghasilannya), jabatan yang bergengsi. Makin bergengsi, makin megah dan sukseslah kehidupannya.
Selanjutnya adalah masa Takaatsurun atau berbangga-banggaan tentang harta dan anak, yang menggambarkan kehidupan manusia di masa tuanya. Ketika itu fisik manusia semakin lemah, daya ingatnya semakin menurun, dan wajah sudah hilang daya tariknya. Maka tidak ada lagi sesuatu pada dirinya sendiri yang bisa dibanggakan. Lalu mulailah manusia menonjolkan anaknya dan harta yang telah dikumpulkannya. Percakapan di antara mereka tak lepas dari banyaknya keturunan, anak yang sukses atau hidup mapan, dan besarnya kekayaan hasil usaha bertahun-tahun. Kesuksesan anak, banyaknya keturunan, maupun banyaknya harta simpanan menjadi kebanggaan di kalangan orang tua.
Itulah lima masa kehidupan manusia di dunia ini. Subhanallah, Allaahu Akbar. Maha Benar Allah. Gambaran tersebut semuanya terjadi, dan selalu terjadi sepanjang zaman kehidupan.
3
Allah mengibaratkan kehidupan manusia dan apa yang telah diraihnya di dunia ini dengan tanaman yang tumbuh baik setelah terkena hujan. Mengagumkan. Akan tetapi suatu saat tanaman yang mengagumkan itu akan kuning mengering lalu hancur. Begitu pula hidup, ada masanya manusia akan mati lalu hancur jasadnya. Maka kesenangan dan kebanggaan kehidupan dunia sebenarnya hanyalah kesenangan yang menipu.
Setelah mati, tidak ada lagi kesenangan atau kebanggaan yang bisa ditonjolkan. Di akhirat hanya menanti dua kehidupan: yang penuh adzab dan yang penuh ampunan dari Allah SWT. Orang-orang yang lalai dari tujuan hidup akhiratnya dan tidak mau mengikuti petunjuk Allah, akan menjalani kehidupan penuh siksaan yang sangat pedih.
Sebaliknya, orang-orang yang beriman dan senantiasa mengarahkan hidup dunianya untuk ta’at pada Allah dan rasul-Nya, akan memperoleh ampunan dan keridhaan. Mereka akan mereguk kesenangan yang sejati dan abadi.
Maka marilah bersegera menyempurnakan iman dan ‘amal sholeh. Berlomba-lomba menuju ampunan Allah SWT dan surga, yang luasnya seluas langit dan bumi. Itulah tujuan sebenarnya dari kehidupan manusia di dunia ini. (riz)
Dari Kajian Tafsir oleh Ust M. Zaini, pengajian “Sakinah” SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Selasa, 8 Januari 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar